Posts

Showing posts from October, 2018

Lara Episode Satu (Terusir)

Image
Ruang hati yang dulu di penuhi namaku, saat ini menyeruak deretan huruf bermakna baru. Pucuk langit sendu, Dibalut api rindu. Perlahan, menggeser nama yang telah lama menetap di rongga dada. Namamu masih menggema dalam bilik jiwa, angkasaku. Pasti. Pelan. Rangkaian namaku terusir Berganti untaian kata wanita penggoda. Lalu . . . Engkau pergi. Dasar Bodoh !!!

Lara Episode Satu (Engkau Pergi, Tinggalkan Perih)

Image
Lara, masih terus menganga. Perih, tetap terasa meski harus menjerit lirih. Kesedihan yang menggumpal di relung jiwa akhirnya meleleh. Kekasih yang dahulu laksana embun, menyejukkan bilik hati perlahan mulai pergi. Aku tahu engkau menyingkap dusta. Namun aku tak tahu semua bermula. Tiba-tiba engkau menggores hati dengan sengaja. Memperkenalkan wanita tak bersahaja.

Lara Episode Satu (Teruntuk Kekasihku, Yang Memilih Pergi dengan Pujangga Baru)

Image
Senja, tepat satu minggu yang lalu, aku bertandang kerumahmu. Aku disambut wajah lugu penuh haru. Gurat harapan terpancar di bola mata ibumu. Salam takdzim mengawali ritual jika bertemu. Kubasuh tangannya yang kasar nan lembut itu. Sorai bahagia terlihat ketika aku berkata "masih mencintai anakmu, ibu" Beliau mendesah syukur. Seketika hatiku menyunggingkan sedikit harapan bahwa ibumu bersedia untuk berjuang bersama kita; aku, kamu, dan ibumu. Kekasih, aku pasrahkan engkau kepada Allah, pemilikmu. Perlahan, ibu bercerita bahwa engkau sedang bersuka ria dengan pujangga baru yang lebih menawan, dan akan pergi meninggalkanku untuk yang kesekian. Beliau berkata bahwa belum merestuimu. Apakah engkau akan melawan? Entahlah. Kekasih ku engkau tahu, mendengarnya hatiku remuk, mencerna setiap bait yang meluncur sungguh sangat menyayat bilik hati. Air mata yang mengambang diujung mata, yang kutahan akhirnya jatuh mengerjap berulang. Sambil menyekanya aku tetap terseny...

Lara Episode Satu (Hati yang berjanji pun akhirnya pergi)

Image
Engkau tahu kekasih, tulisan-tulisanku bertumpu pada rindu. Rindu yang selalu engkau sambut. Dulu. Yang senantiasa memantulkan setumpuk rasa kebahagiaan. Yang selalu membisikkan nyanyian kesejukan. Menembus dimensi jiwa. Membias sebentuk tawa. Namun, terusik sabda manusia tak berperi. Membuat sudut hatimu terasa nyeri. Mengimpit setiap tarikan napas. Menampar tebing hati yang mulai memanas. Kemudian, engkau bergairah untuk menentang hati yang lama singgah. Selamat malam kopi pahit. Aku tetap melekat menggenggam erat janji setia yang engkau kata dengan terbata.

Lara Episode Satu (Tentang Rinduku, Padamu)

Image
Aku harap engkau tak bosan dengan tulisan-tulisan ini. Tulisan yang akan terus terulang, tentang rindu, tentang kamu, dan tentang pilu. Engkau tahu, tak ada lagi getar kedamaian yang berdesir. Ada perih yang bertengger menggores seonggok daging dibawah diafragma. Menahan rindu yang menjalar, terperosok dalam jurang kenangan berbunga, lalu, engkau pergi bersamaan dengan turunnya kristal air mata. Selamat pagi kopi pahit, aku hembuskan uap kehangatan diantara duka pagi yang tengah bergelora.